BERITA INDEX BERITA

Makan Bergizi Gratis Solusi Konkret Penyerapan Susu Produksi Peternak Lokal

Pangan & Energi | DiLihat : 332 | Minggu, 10 November 2024 | 10:10
Makan Bergizi Gratis Solusi Konkret Penyerapan Susu Produksi Peternak Lokal

WaSekjen HKTI Muhammad Sirod (kanan) bersama Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

 

JAKARTA - Adanya unjuk rasa kekecewaan peternak sapi perah di Boyolali yang membuang 50 ribu liter susu ke tempat pembuangan akhir karena tidak terserap industri, adalah bukti bahwa ekosistem agroindustri susu di tanah air belum terbentuk sempurna.

Di Bogor setiap hari sebanyak 3.000 liter susu dipasok koperasi susu dari para petani ke pabrik Cimory. Susu ini digunakan sebagai bahan baku utama produk-produk dairy mereka.

Dalam kesempatan wawancara per telepon pagi ini, WaSekjen HKTI Muhammad Sirod mengatakan bahwa industri susu di Indonesia relatif lebih baik dibanding daging sapi yang kalah jauh dibanding Australia dan New Zealand. Tetapi rantai pasok susu segar petani kita tidak punya posisi yang cukup kuat bila dibandingkan dengan teknologi yang dikuasai susu impor.

"Pabrik-pabrik susu di tanah air ini mereka impor susu bubuk yang kemudian dicairkan dan kemudian dilabeli susu segar, padahal itu sudah tidak segar lagi. Sementara para peternak susu lokal langsung kirim hasil perahan hari ini ke koperasi atau pabrik-pabrik susu. Problemnya, susu segar harus segera ditangani dalam rantai pasok dingin, dan petani-petani kita belum memiliki kemewahan fasilitas ini," kata Sirod.

"Sehingga bila ada penolakan dari off taker-nya seperti di Boyolali, maka para peternak hanya bisa pasrah. Bila mereka paksakan jual ke pasar, akan merusak harga, bila mereka simpan, mereka tak punya ruang pendingin yang memadai," sambungnya.

Boyolali merupakan daerah dengan populasi sapi tertinggi di Jawa Tengah dengan 86 ribuan ekor sapi perah pada tahun 2016 (Setyowati, 2020). Aksi buang dan mandi susu yang dilakukan para peternak susu di Boyolali ini sungguh membuat miris karena produksi susu lokal sebenarnya masih jauh dari kebutuhan nasional. Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) baru dapat memenuhi 19% dari kebutuhan nasional yang sebesar 4.4 juta ton (data BPS 2024).

Sirod yang juga Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional, mengatakan program makan bergizi gratis (MBG) yang sudah dianggarkan pemerintah membuka harapan baru bagi para peternak dalam negeri, agar ada kebiasaan baru di mana sasaran MBG mendapatkan susu segar murni setiap hari. Susu segar yang diproduksi para peternak dapat diserap oleh titik-titik layanan MBG di sekitarnya, tanpa harus proses yang rumit, cukup pasteurisasi saja. Tinggal mekanismenya dipikirkan oleh Badan Gizi Nasional.

"Kita harapkan Badan Gizi Nasional mau repot sedikit menyerap produksi susu dari peternak lokal, sehingga kejadian peternak susu di Boyolali kemarin itu tidak terulang lagi," pungkas Sirod menutup pembicaraannya.


Scroll to top