BERITA INDEX BERITA
Hiroshi Amano, Penemu Light Emitting Diodes Biru Atau yang Dikenal LED
PENEMU light emitting diodes biru atau yang dikenal LED mendapatkan penghargaan Nobel di bidang Fisika. Mereka adalah tiga profesor berkebangsaan Jepang Isamu Akasaki, Hiroshi Amano, dan Shuji Nakamura. Mereka yang pertama kali membuat LED pada awal 1990-an. Selanjutnya teknologi tersebut dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Serikat.
Dengan mengombinasikan sinar biru, merah, dan hijau, temuan ini menghasilkan generasi baru pencahayaan yang lebih hemat energi dibandingkan lampu berwarna putih. Para pemenang ini mendapatkan hadiah uang sebesar 8 juta kronor atau sekitar Rp13,5 miliar.
Pemenang nobel fisika 2014 ini diumumkan dalam suatu konferensi pers di Stockholm, Swedia. Selanjutnya mereka bergabung dengan 196 ilmuwan lainnya yang memenangkan Nobel di bidang yang sama sejak 1901.
Hiroshi Amano sendiri adalah seorang ahli Fisika di Universitas Nagoya, Jepang. Amano lahir di Hamamatsu, Jepang pada 11 September 1960. Ia menerima gelar BE , ME dan DE pada tahun 1983, 1985 dan 1989, masing-masing, dari Nagoya University. Dari tahun 1988 sampai 1992, ia adalah seorang rekan peneliti di Nagoya University.
Pada tahun 1992, Ia pindah ke Universitas Meijo, di sana ia menjadi asisten profesor. Hingga pada tahun 2002 Ia diangkat menjadi seorang profesor. Pada tahun 2010, ia pindah ke Graduate School of Engineering, Nagoya University.
Dia bergabung dengan tim Profesor Isamu Akasaki pada tahun 1982 sebagai seorang mahasiswa sarjana. Sejak itu, ia telah melakukan penelitian terhadap pertumbuhan, karakterisasi dan aplikasi perangkat kelompok III semikonduktor nitrida, yang dikenal sebagai bahan yang digunakan dalam dioda biru pemancar cahaya.
Lalu pada tahun 1985, ia mengembangkan suhu rendah yang menyimpan lapisan penyangga untuk pertumbuhan kelompok III film nitrida semikonduktor pada substrat safir, yang menyebabkan realisasi kelompok-III-nitrida semikonduktor berbasis dioda pemancar cahaya dan dioda laser. Pada tahun 1989, ia berhasil mengemangkan tipe-p GaN dan fabrikasi pn-junction-jenis berbasis GaN UV / biru light-emitting diode untuk pertama kalinya di dunia.
Hiroshi Amano yang guru besar di Universitas Nagoya ini, mengetahui bahwa ia memenangkan Nobel saat mengecek emailnya. Kala itu Amano membaca banyak email yang ditujukan kepadanya yang isinya mengucapkan selamat.
Ia mengaku sangat senang mendapatkan hadiah Nobel dan membaginya pada dua koleganya, Isamu Akasaki dan Shuji Nakamura. "Mereka itu pelopor yang hebat dan saya masih tertinggal di belakang mereka," kata Hiroshi merendah.
Ketika ditanya mengapa dirinya bisa meneliti dan membawanya meraih hadiah Nobel, Hiroshi lagi-lagi merendah bahwa dirinya beruntung menemukan LED biru sebagai obyek penelitian dan tetap fokus setelah beberapa lama.
Amano menemukan LED biru lewat riset terpisah pada awal era 1990-an. Inovasi mereka terus disempurnakan sehingga menghasilkan lampu LED yang kini makin efisien. Versi terbaru lampu dengan teknologi LED biru saat ini mampu menghasilkan penerangan 300 luminasi/Watt. Terang yang dihasilkan oleh lampu itu setara dengan 16 lampu pijar dan 70 lampu fluorensens.
Dengan seperempat konsumsi listrik dunia bertujuan untuk memenuhi kebutuhan penerangan, maka inovasi ketiga penerima nobel ini berguna untuk menghemat sumber energi yang dipakai untuk membangkitkan listrik.
Konsumsi material untuk lampu LED biru juga lebih sedikit. Sebabnya, lampu LED biru bisa bertahan hingga 100.000 jam sementara lampu pijar hanya 1.000 jam dan lampu fluorensens 10.000 jam.
Lampu LED biru memberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup 1,5 juta orang di dunia yang hingga kini belum terjangkau penerangan. Mereka kini bisa memanfaatkan solar panel mini dengan produksi listrik kecil untuk menerangi lingkungannya.