BERITA INDEX BERITA
Lula da Silva, Buruh Sangat Miskin yang Sukses Menjadi Presiden
LULA Da Silva berhasil
mencatat sejarah dalam politik Brazil. Tak hanya sebagai tokoh gerakan sosial,
Lula Da Silva adalah bekas buruh pabrik, sektor yang lama dikeluarkan dalam
sistim politik di Brazil. Namun ia berhasil masuk dalam pusat kekuasaan politik,
bahkan berhasil menaklukkan kekuasaan politik tertinggi di Brazil dengan menjadi
presiden.
Untuk bisa mencapai
posisi itu Lula tidak berharap keajaiban. Sebelumnya ia telah tiga kali menjadi
kandidat presiden yaitu pada 1989, 1994 dan 1998. Namun semuanya gagal. Hal itu
tak membuat dirinya dan partainya patah harapan. Mereka terus mencoba sampai
akhirnya berhasil. Lula berhasil mengumpulkan suara 46,4 persen dan mengalahkan
kandidat dari sayap kanan. Ia resmi menjadi presiden pada 1 Januari 2003.
Luiz Inacio Lula da
Silva lahir pada 27 Oktober 1945 di Caetas. Tempat itu terletak 250 kilometer
dari Recife, ibu kota Pernambuco, di timur laut Brazil. Ia merupakan anak
ketujuh dari 8 bersaudara. Ayahnya bernama Aristides Inacio da Silva dan ibunya
Euridice Ferreira de Melo.
Lula lahir dari keluarga
yang sangat miskin. Ayahnya adalah seorang tukang mabuk dengan pekerjaan tak
jelas. Sedangkan ibunya buta huruf. Namun sang ibu sangat mempengaruhi pribadi
Lula dengan ajaran moralnya. Kemiskinan itu membuat ibunya memboyong Lula dan
saudara-saudaranya meninggalkan kampung halamanannya.
Mereka kemudian pindah
ke Guaruja, di negara bagian Sao Paulo. Perjalanan mereka memakan waktu 13 hari
dan hanya menumpang truk terbuka. Perjalanan itu mereka sebut sebagai jalan
menuju kebahagiaan. Di kota itu, Lula dan keluarganya berjuang untuk hidup.
Lula kecil sempat
menikmati sekolah dasar. Dia merupakan anak yang cerdas di sekolahnya. Sayang,
tekanan kemiskinan memaksa Lula meninggalkan bangku sekolah saat ia baru saja
menginjak kelas 4. Lula kecil tumbuh menjadi anak jalanan. Ia jadi tukang semir
sepatu, penjual kacang, tepung tapioca dan pedagang asongan.
Saat beranjak dewasa, Lula
sempat bekerja di Dry Cleaning. Bersama keluarganya ia tinggal di sebuah kamar
yang sempit di belakang bar. Suatu hari saat banjir besar Lula dan keluarganya
nyaris tewas karena tempat tinggalnya diterjang banjir.
Di usia 14 tahun, Lula
ikut kursus pelatihan kerja di National Industrial Learning Service. Ia
mendapat sertifikat lulus sebagai operator bubut tahun 1961. Beberapa tahun
kemudian ia bekerja di pabrik suku cadang mobil. Namun sebuah kecelakaan kerja
di pabrik suku cadang mobil itu membuat Lula kehilangan jari kelingkingnya.
Kakak Lula, Frei Chico
yang akrab dipanggil Ziza (Sostenes Vidal) adalah seorang aktivis serikat buruh
berhaluan kiri. Kakaknya itulah yang kemudian memperkenalkan Lula dengan
serikat buruh.
Setelah mendapat
pekerjaan Lula menikahi pacarnya yang bernama Lurdes (Cleo Pires). Mereka hidup
sangat bahagia. Sayang, kebahagiaan itu berakhir tatkala nyawa Lurdes tak
tertolong saat melahirkan. Isteri Lula meninggal bersama bayinya yang belum
lahir. Lula sangat terpukul setelah kejadian itu, dia benar-benar sedih.
Setelah kejadian itu,
Lula makin aktif di gerakan buruh. Ia menjadi anggota serikat buruh metal Sao
Bernardo. Selama aktif di serikat itu, Lula bertemu dengan perempuan yang
kembali memikat hatinya. Perempuan itu bernama Marisa Leticia (Juliana Baroni).
Tak lama kemudian, keduanya memutuskan menikah. Dari pernikahan itu Lula
dikaruniai tiga orang anak.
Pada waktu yang sama, Brazil
jatuh ke tangan kidiktatoran militer. Aktivitas politik, termasuk serikat buruh
sangat dibataso. Pada tahun 1972, Lula terpilih sebagai salah satu anggota
dewan buruh di Serikat Buruh Metal Sao Bernando. Tiga tahun kemudian, ia
menjadi presiden serikat buruh itu. Ia memenangkan 92 persen suara dari 140.000
orang anggota.
Saat itu Lula makin
radikal dan militan. Ia juga mulai tampil sebagai orator hebat. Di akhir tahun
1970 an, serikat buruh Brazil melancarkan pemogokan. Hal itu dilakukan akibat
kebijakan penghematan yang dipaksakan oleh IMF. Lula tampil berpidato dalam
aksi-aksi mogok. Termasuk di region ABC yang dikenal paling militan.
Pada tahun 1979,
kesebelasan Corintians bertanding dengan Guarany di kejuaraan Sao Paulo yang
diadakan di Morumbi. Lula yang saat itu sedang menonton pertandingan
terinspirasi dengan banyaknya orang di stadion. Dia berkeinginan stadium sepak
bola itu diisi pekerja.
Pada Maret 1979 Lula
mengorganisir pekerja metalurgi yang mogok untuk menduduki stadion sepak bola
Vila Euclides di Sao Bernardo. Tanpa pengeras suara, Lula menyampaikan pidato
yang dieja ulang oleh pendengarnya. Dua hari kemudian, ketika 170 ribu pekerja
bergabung, pemogokan itu dianggap illegal.
Polisi dan militer
dikirim untuk melindas pemogokan. Akhirnya Lula memindahkan aksinya ke gereja.
Pada peringatan 1 Mei 1979 sebanyak 150 ribu buruh memenuhi stadion. Lula pun
tampil sebagai tokoh dan sekaligus pahlawan gerakan buruh.
Pada tahun 1980, Lula
kembali melancarkan pemogokan 41 hari yang terkenal di Brazil. Lebih dari 140
ribu buruh metal bergabung dalam pemogokan itu. Mereka menuntut kepastian
kerja, pengurangan jam kerja dan hak pemimpin serikat memasuki pabrik kapan
saja.
Rezim yang tengah
berkuasa mulai gerah dengan aksi Lula. Pada 19 April 1980 Lula ditangkap di rumahnya.
Ia dipenjara. Saat itulah kemalangan kembali menimpa Lula. Ibunya, meninggal
saat Lula di penjara. Ia mendatangi prosesi pemakaman ibunya dengan pengawalan
polisi.
Tahun 1980, Lula menjadi
salah satu pendiri Partai Buruh. Lula bergerak sebagai sayap kiri dalam dunia
perpolitikan Brazil. Meskipun berteman dengan Presiden Kuba, Fidel Castro dan
Presiden Venezuela, Hugo Chavez, Lula tak memilih ideology komunis untuk
partainya. Ia lebih suka menggabungkan anggota-anggota militan serikat buruh,
intelektual, aliran sosialis Trosky dan aktivis Teologi Pembebasan dari gereja
dalam partainya.
Landasan ini membuat Partai
Buruh yang dipimpinnya lebih dikenal sebagai sebuah partai beraliran sosial
demokrat yang memiliki kebijakan pragmatis daripada revolusioner. Tiga kali
menjadi kandidat presiden, yakni tahun 1989, 1994 dan 1998 tetapi menemui
kegagalan. Barulah pada pemilu tahun 2002, Lula berhasil terpilih sebagai
presiden Brazil.
Lula dilantik sebagai
presiden pada 1 Januari 2003. Pada pemilu 2006 ia terpilih kembali untuk masa
jabatan kedua sebagai presiden. Lula menjadi pemimpin yang berpikiran maju. Di bawah
pemerintahannya, Brazil menjadi pemimpin dalam pencarian di seluruh dunia untuk
biofuel dan energi bersih.
Pada Desember 2008,
majalah Newsweek menamai Lula menjadi orang yang paling berpengaruh ke-18 di
dunia. Sejumlah kebijakan ekonomi dan program sosial berhasil mengangkat 198
juta penduduk Brazil dari jurang kemiskinan. Tak heran Lula pun dicintai oleh
rakyatnya. Ia berhasil mengubah wajah negara itu, dari negara miskin menjadi
lebih sejahtera.
Lula juga membuat
kebijakan politik luar negeri. Pada masa kepemimpinannya ia telah mengunjungi
75 negara dan membuka puluhan kedutaan besar baru. 14 kedutaan besar baru
dibuka di Afrika, sebagai bagian dari agenda kerja sama selatan-selatan antara
Amerika Selatan dan Afrika.
Jabatan presiden yang
diemban Lula kemudian berakhir pada Desember 2010. Setelah sukses memimpin
Brazil selama dua periode, ia lalu digantikan oleh mantan Kepala Stafnya, Dilma
Rousseff.
Dapat bBnyak
Penghargaan, Kisahnya Difilmkan
Lula dianggap sebagai politisi paling populer dalam sejarah Brazil. Salah satu mandatnya yang paling terkenal di dunia adalam program sosial seperti Bolsa Familia dan Fome Nol. Kegiatan Lula sebagai kepala negara juga cukup gemilang.
Di mata rakyatnya, Lula
merupakan sosok presiden yang sukses. Selain dua kali menjabat sebagai presiden,
Lula mendapat banyak pernghargaan. Ia mendapat First Class of the Order of
Prince Yaroslav the Wise pada 2003. Lula pun terpilih sebagai Man of the Year
2009 oleh surat kabar Eropa El Pais dan Le Monde.
Lula menerima UNESCO’s
Felix Houphouet Boigny Prize di markas UNESCO Paris, Perancis pada tahun 2009.
Pada tahun 2011 Lula dianugerahi sebagai Negarawan Global oleh World Economic
Forim yang diselenggarakan di Davos, Swiss. Majalah Time pun menempatkan Lula
sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di dunia.
Meski pada masa
kepemimpinannya, Lula pun tak luput dari kontroversi skandal korupsi di periode
pertama, namun Lula masih tetap eksis bertahan. Bahkan ia bisa menjadi presiden
lagi di periode selanjutnya.
Tahun 2009, sutradara
Brazil Fabio Baretto mengangkat kisah hidup pemimpin Brazil tersebut ke layar
lebar. Film itu berjudul Lula, o Filho do Brazil (Lula, The Son of
Brazil). Film itu memotret kehidupan Lula sejak kelahirannya hingga jadi tokoh
gerakan buruh di awal 1980 an.