BERITA INDEX BERITA
“Kiamat” Beras Ancam Warga Dunia

JAKARTA - "Kiamat" alias kelangkaan beras kini mengancam bumi.
Setelah India melakukan larangan eskpor pada beras non basmati 20 Juli lalu,
kebijakan serupa dilakukan Uni Emirat Arab dan Rusia.
UEA sejak Jumat lalu, telah melarang ekspor selama empat bulan ke depan,
termasuk beras asal India. Ini akan mencakup semua varietas termasuk beras
merah, beras giling penuh atau sebagian, dan beras pecah.
"Perusahaan yang ingin mengekspor atau mengekspor kembali beras
harus mengajukan permohonan kepada Kementerian Perekonomian untuk mendapatkan
izin ekspor ke luar negeri," muat Reuters dan juga Al-Arabiya, dikutip
Selasa (1/8/2023).
Harga beras kemungkinan naik di pemasok dan supermarket lokal di UEA.
Tapi ini diyakini hanya sementara.
Sementara itu, mengutip Sputnix, Rusia juga mengatakan akan melarang
ekspor beras dan menir hingga 31 Desember 2023. Alasannya untuk menjaga
stabilitas di pasar domestik.
"Pemerintah memberlakukan larangan sementara ekspor beras dan menir
beras," kata Kremlin melalui Telegram. "Pembatasan itu berlaku hingga
31 Desember 2023. Keputusan itu diambil untuk menjaga stabilitas pasar dalam
negeri."
Meski begitu, larangan disebut tidak akan mempengaruhi negara-negara
anggota Uni Ekonomi Eurasia- Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan-
yang bergakung pada Rusia. Beras dan menir beras dapat dikirim ke luar negeri
untuk bantuan kemanusiaan, serta dalam kerangka transportasi transit
internasional.
Proporsi UEA dan Rusia dalam ekspor beras dunia memang tak begitu
signifikan dibanding India. India adalah eksportir nomor satu, disusul Thailand
dan Vietnam.
Sementara itu, pejabat Vietnam juga mengomentari soal kemungkinan
larangan ekspor beras. Namun, tetangga RI itu meyakinkan aturan itu belum akan
terjadi.
"Saat ini, perusahaan Vietnam mengekspor beras secara normal,"
tegas pejabat Asosiasi Makanan Vietnam, yang mewakili pengolah dan pengekspor
beras negara itu dan bekerja sama dengan pemerintah tanpa menyebut nama,
dikutip Reuters.
Tapi harga beras Vietnam memang telah meningkat sejak aturan baru
ditetapkan India 20 Juli. Ini di tengah panen musim panas-musim gugur yang
sedang berlangsung.
Pedagang mengatakan harga beras pecah belah 5% di Vietnam naik menjadi
US$550 hingga US$575 per metrik ton pada Senin. Ini tertinggi sejak 2011, dari
kisaran US$515 hingga US$525 sebelum langkah India.
Sebelumnya, sehari setelah pengumuman pembatasan ekspor India,
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam meminta asosiasi untuk
memastikan pasokan beras domestik dan ketahanan pangan yang cukup. Pemerintah
meminta para pedagang untuk menyeimbangkan antara ekspor dan penjualan domestik
untuk menstabilkan harga domestik.
Menurut data awal pemerintah, pengiriman beras dari Vietnam dalam tujuh
bulan pertama tahun ini diperkirakan meningkat sekitar 18,7% dari tahun
sebelumnya menjadi 4,84 juta ton. Pendapatan dari ekspor beras pada periode
tersebut naik 29,6% menjadi US$2,58 miliar. (cnbc)
