BERITA INDEX BERITA
Makan Bergizi Gratis Solusi Konkret Penyerapan Susu Produksi Peternak Lokal

WaSekjen HKTI Muhammad Sirod (kanan) bersama
Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.
JAKARTA - Adanya unjuk rasa kekecewaan peternak sapi perah
di Boyolali yang membuang 50 ribu liter susu ke tempat pembuangan akhir karena
tidak terserap industri, adalah bukti bahwa ekosistem agroindustri susu di
tanah air belum terbentuk sempurna.
Di Bogor setiap hari sebanyak 3.000 liter susu dipasok
koperasi susu dari para petani ke pabrik Cimory. Susu ini digunakan sebagai
bahan baku utama produk-produk dairy mereka.
Dalam kesempatan wawancara per telepon pagi ini, WaSekjen
HKTI Muhammad Sirod mengatakan bahwa industri susu di Indonesia relatif lebih
baik dibanding daging sapi yang kalah jauh dibanding Australia dan New Zealand.
Tetapi rantai pasok susu segar petani kita tidak punya posisi yang cukup kuat
bila dibandingkan dengan teknologi yang dikuasai susu impor.
"Pabrik-pabrik susu di tanah air ini mereka impor susu
bubuk yang kemudian dicairkan dan kemudian dilabeli susu segar, padahal itu
sudah tidak segar lagi. Sementara para peternak susu lokal langsung kirim hasil
perahan hari ini ke koperasi atau pabrik-pabrik susu. Problemnya, susu segar
harus segera ditangani dalam rantai pasok dingin, dan petani-petani kita belum
memiliki kemewahan fasilitas ini," kata Sirod.
"Sehingga bila ada penolakan dari off taker-nya seperti
di Boyolali, maka para peternak hanya bisa pasrah. Bila mereka paksakan jual ke
pasar, akan merusak harga, bila mereka simpan, mereka tak punya ruang pendingin
yang memadai," sambungnya.
Boyolali merupakan daerah dengan populasi sapi tertinggi di
Jawa Tengah dengan 86 ribuan ekor sapi perah pada tahun 2016 (Setyowati, 2020).
Aksi buang dan mandi susu yang dilakukan para peternak susu di Boyolali ini
sungguh membuat miris karena produksi susu lokal sebenarnya masih jauh dari
kebutuhan nasional. Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) baru dapat memenuhi 19% dari
kebutuhan nasional yang sebesar 4.4 juta ton (data BPS 2024).
Sirod yang juga Dewan Pakar Gerakan Solidaritas Nasional,
mengatakan program makan bergizi gratis (MBG) yang sudah dianggarkan pemerintah
membuka harapan baru bagi para peternak dalam negeri, agar ada kebiasaan baru
di mana sasaran MBG mendapatkan susu segar murni setiap hari. Susu segar yang
diproduksi para peternak dapat diserap oleh titik-titik layanan MBG di
sekitarnya, tanpa harus proses yang rumit, cukup pasteurisasi saja. Tinggal
mekanismenya dipikirkan oleh Badan Gizi Nasional.
"Kita harapkan Badan Gizi Nasional mau repot sedikit
menyerap produksi susu dari peternak lokal, sehingga kejadian peternak susu di
Boyolali kemarin itu tidak terulang lagi," pungkas Sirod menutup
pembicaraannya.
