BERITA INDEX BERITA
KKP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulawesi Selatan
MAROS – Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) melalui Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros berkolaborasi dengan eFishery dan UNIDO, meluncurkan Pilot Project Budi daya Udang Tradisional Plus yang ditandai dengan penebaran bibit udang sebanyak 1.200 ekor di Instalasi Tambak Silvofishery Marana.
Kepala
BRPBAP3 Maros, A. Indra Jaya Asaad mengatakan bahwa Kegiatan piloting project
budi daya udang tradisional plus dilakukan di Instalasi Tambak Silvofishery
Marana, Maros, yang telah ditetapkan sebagai Smart Fisheries Village (SFV)
berbasis Unit Pelaksana Teknis (UPT), yang dikembangkan BPPSDM KP melalui unit
kerja BRPBAP3 Maros.
“Dalam kegiatan piloting project budi daya udang tradisional plus, BRPBAP3 Maros menyediakan tambak tradisional seluas 2 hektare. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya untuk eFishery dan UNIDO yang memilih Instalasi Tambak Silvofisheries Marana sebagai lokasi piloting project budi daya udang tradisional plus,” ucap Indra.
Pengembangan
tambak udang tradisional plus dinilai Indra lebih berkelanjutan secara
lingkungan karena tidak mengonversi lahan produktif, mampu mempertahankan area
bakau, rendah jejak karbon, serta lebih ramah lingkungan.
Sementara
itu Vice President Publik Affair Efishery, Muhammad Chairil, menuturkan program
ini merupakan langkah awal bagaimana melaksanakan budi daya udang dengan
teknologi yang dikembangkan oleh eFishery dan standar operasional prosedur
(SOP) yang telah dibuat oleh UNIDO.
The
Global Quality and Standards Programme (GQSP) UNIDO Indonesia, Boedi Juliati,
mengatakan bahwa saat ini UNIDO telah mengembangkan SOP budi daya udang
tradisional plus yang dapat diaplikasikan di Instalasi Tambak Silvofishery
Marana.
“SOP
ini merupakan strategi untuk mendukung program pemerintah dalam peningkatan
produksi dan ekspor udang nasional. Dengan luasan tambak tradisional yang besar
maka peningkatan produktivitas tambak tradisional ini juga berdampak besar
untuk peningkatan kesejahteraan pembudidaya kecil. Di samping itu, budidaya
udang tradisional juga lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan terlebih
apabila disertai dengan pemeliharaan dan penanaman kembali hutan bakau di
sekitarnya,” papar Boedi Juliati.
Lebih
lanjut dijelaskan, prosedur operasional budidaya udang tradisional plus
digunakan sebagai acuan untuk kegiatan budidaya pembesaran udang vaname secara
tradisional plus, yang dimulai dari persiapan tambak, persiapan dan manajemen
kualitas air, penebaran benur, pembesaran udang, manajemen pakan, dan
pelaksanaan panen.
Tujuan
prosedur ini adalah sebagai pedoman untuk meningkatkan produktivitas tambak dan
pendapatan petambak melalui penerapan cara budidaya udang yang baik dan benar
untuk menghasilkan udang yang berkualitas tinggi, ramah lingkungan, terjamin
keamanan pangannya, efisien, menguntungkan, dan berkelanjutan.
Kegiatan
ini pun turut mendapat apresiasi dan dukungan dari pemerintah daerah setempat. Kepala Dinas KP Propinsi Sulawesi
Selatan, M. Ilyas, secara langsung merespon positif dan berterima kasih kepada
BRPBAPPP Maros dan eFishery yang telah memilih Kabupaten Maros, Sulawesi
Selatan, sebagai lokasi piloting project budi daya udang tradisional plus,
mengingat Sulawesi Selatan memiliki potensi besar untuk budi daya udang
tradisional.
“Saya berharap piloting project berlanjut terus dan bisa dikembangkan di daerah lain khsususnya Sulawesi Selatan,”tuturnya.
Sebelumnya,
pada Juni 2023, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan
pihaknya fokus untuk mencapai target yang ditetapkan, salah satunya capaian
produksi udang sebesar 2 juta ton pada 2024. "Saya ingin mengejar target
yang diberikan oleh pemerintah. Pada waktu saya diangkat menjadi Menteri KP itu
ada satu target di 2024 mencapai produksi udang nasional dua juta ton,"
ujar Trenggono.