BERITA INDEX BERITA
GAPKI Optimistis Tingkatkan Pasar Industri Sawit di Asia Tengah Melalui Uzbekistan

TASKHNET – Perjanjian kerja sama bilateral yang disepakati
oleh Indonesia dan Uzbekistan dalam sektor kelapa sawit dapat menjadi strategi
dalam menembus pasar baru di Asia Tengah.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
(GAPKI), Eddy Martono mengatakan, Uzbekistan merupakan mitra bisnis yang ideal
bagi Indonesia dan merupakan mitra dagang kedua terbesar di Asia Tengah setelah
Kazakhstan.
Menurut Eddy, lokasi geografis Uzbekistan yang strategis
yakni berada di tengah-tengah kawasan Asia tengah diharapkan dapat menjadi
penghubung dengan negara-negara di sekitar.
“Sebagai salah satu produsen dan pengguna minyak nabati
terkemuka di Asia Tengah, Uzbekistan memiliki potensi untuk menjadi pusat
regional untuk produksi dan manajemen minyak nabati,” kata Eddy Martono saat penandatanganan
Memorandum of Understanding (MoU) antara GAPKI dan Asosiasi Perusahaan Industri
Minyak dan Lemak Republik Uzbekistan (Uzyogmoysanoat) terkait kerja sama
bilateral pada sektor minyak kelapa sawit di Tashknet, Uzbekistan, pada Kamis
(14/09/2023).
Diketahui, Indonesia merupakan produsen dan eksportir kelapa
sawit terbesar di dunia. Saat ini lebih dari 150 negara importir sawit
Indonesia di seluruh dunia termasuk Asia Tengah meskipun angkanya masih kecil.
Menurut Eddy, salah satu hambatan dagang untuk masuk ke pasar Asia tengah
adalah isu logistik.
“Kami sangat antusias dengan peresmian kemitraan ini,
sekaligus memperkenalkan aspek keberlanjutan industri kelapa sawit Indonesia
melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai persyaratan bagi pelaku
usaha perkebunan kelapa sawit serta membuka peluang ekspor dan investasi
industri sawit Indonesia di Uzbekistan dan negara nontradisional lainnya di
Asia Tengah," ujarnya.
Setali tiga uang, Ketua Asosiasi Uzyogmoysanoat, Oybek
Zuparov juga menyampaikan keinginannya untuk belajar dari Indonesia perihal
pengembangan industri kelapa sawit serta pengolahan minyak kelapa sawit di
Uzbekistan. Berdasarkan laporan KBRI Tashkent, Uzbekistan membutuhkan sekitar
60.000 – 70.000-ton CPO per tahun.
“MoU ini merupakan bukti dari nilai dan komitmen bersama
kedua negara dalam meningkatkan produksi dalam negeri melalui Kerjasama dalam
ilmu pengetahuan, teknologi, dan praktik terbaik di bidang pengolahan kelapa
sawit dalam meningkatkan volume perdagangan bilateral antara kedua negara,"
kata Zuparov.
Penandatanganan MoU yang disaksikan langsung oleh Duta Besar
Republik Indonesia di Uzbekistan, HE Surnaryo Kartadinata ini bertepatan dengan
keikutsertaan Indonesia dalam konferensi Asia Grains and Oils Tahun 2023. Acara
ini juga menjadi salah satu kesempatan penting untuk memulai promosi dan
kampanye positif Sawit Indonesia ke wilayah Asia Tengah.
"Indonesia adalah salah satu produsen minyak kelapa
sawit terbesar di dunia. Sektor ini memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. Kemitraan ini menandakan komitmen
bersama untuk memajukan sektor kelapa sawit di kedua negara,” tegas Surnaryo.
